Tulisan singkat di warung kopi.

ichsan kamill
2 min readApr 19, 2024

--

Sekedar informasi saja, saya mencoba peruntungan menulis sejak sekolah menengah atas .

Pikir saya sejak dulu bahwa saya tidak akan mau bekerja seperti kebanyakan orang. Saya menggantung kehidupan saya pada menulis. Saya berharap kedepan saya hidup dengan banyak hal lewat menulis.

Maka, sejak saat itu. Saya menulis seperti seorang kelaparan. Saya mengejar banyak hal. Menjadi penulis novel. Syukur kalau kalau buku yang saya tenun menjadi buku best seller. Akan bahagia melihat buku saya ada disebuah toko buku.

Tidak menjadi tentara

Tidak menjadi polisi atau bahkan pengusaha. Saya berharap kebanggaan itu tidak menjadi sebuah batas untuk membandingkan diri saya dengan orang lain.

Namun, itu hanya anak putih abu yang tidak memikirkan banyak.

Ingin itu bukan sekedar angan-angan. Saya menulis buku, dan menerbitkan disebuah penerbit major.

Tentu gagal.

Tidak ada yang bahagia dengan naskah pertama.

Saya merasa hancur dan tidak kompeten. Mungkin itu adalah hal yang sedari dulu saya rawat. Ialah menyerah.

Tanpa membuang banyak waktu, saya merubah haluan saya untuk bekerja. Pekerjaan saya cukup menarik dari awal pertama bekerja. Saya mendapatkan uang setiap bulannya dan mengejar kuliah sastra Indonesia. Saya pikir, cukup baik untuk mengikuti kemauan saya sendiri. Tidak berhasil membawa buku saya didepan mertua, saya hanya ingin memikul sarjana sastra untuk kebahagiaan saya sendiri.

Cukup aneh ketika saya bekerja, saya dengan cepat bosan dan pindah hingga 3 perusahaan dan berlabuh pada sebuah dinas di pelayaran pekerjaan saya yang ke 4.

Sering ditanya tentang masa depan saya pada gelar sarjana sastra.

Jadi apa?

Mau kemana? Dan pertanyaan persetan lainnya.

Walau terkadang saya merasa bahwa jurusan yang saya ambil sangat membuat saya nyangsrang.

Saya sangat menikmati proses kuliah sambil bekerja hingga lulus. Mengikuti satu demi satu kesulitan membaca dan membagi waktu, dan setelah saya lulus, bagaimanapun jurusan dan kampusnya. Saya cukup senang dan puas.

8 tahun dari naskah yang gagal. Saya merasa saya mempelajari sesuatu tentang proses.

Dahulu, saya hanya melihat blog Raditya dika, dara prayoga dan lainnya. Saya hanya senang membaca cerita dan mengira saya mampu bercerita.

Tanpa menyadari sesuatu.

Bagaimana cerita itu dapat dibentuk.

Saya melupakan dasar dari segala hal proses.

Menyerah dan menyerah seolah dunia sedang hancur ketika saya gagal membuah saya tidak konsisten.

Proses seperti bagaimana saya menulis tulisan ini hingga 7 menit tanpa arah. Tanpa maksud menulis apa hanya bercerita.

Ini adalah kebiasaan yang lama saya tinggalkan membuat diri saya menulis semampunya dan membaca ulang letak typo.

Per-hari ini, saya hanya ingin mencintai proses itu.

--

--