Sekedar Narsis Saja.

ichsan kamill
5 min readMar 9, 2024

--

Maaf agak jorok

Narcissus adalah sebuah tokoh yang berasal dari cerita mitologi Yunani. Ia merupakan seorang pemuda yang sangat mencintai dirinya sendiri, ia sangat mengagungkan keindahan yang ada dalam dirinya. Cinta narcissus pada dirinya menenggelamkan seorang remaji bernama echo yang menganggumi keindahannya, Narcissus tidak memperdulikan echo, Echo hidup dalam kesendirian dan kesedihannya menunggu bagaimana narcissus menengoknya. Cinta Echo yang diacuhkan berkali-kali membuat ia berdoa kepada dewi nemesis. Singkat cerita. dewi Nemessis sangat geram dan mengutuk Narcissus supaya jatuh cinta kepada bayangannya sendiri. Nemesis Menghukum Narcissus Jatuh Cinta Dengan Bayangan Sendiri. Kemudian, dewi Nemessis memutuskan untuk menghukum Narcissus atas perilakunya. Dia membawanya ke kolam, di mana dia melihat bayangannya dan jatuh cinta padanya. Dia menolak untuk meninggalkan bayangan dirinya sendiri dan, , dia mati kelaparan, tetapi sebelum itu terjadi, dia berteriak: “Selamat tinggal, anak tersayang, sia-sia.” Suara gema mengulangi ratapan dari gua, Narcissus akhirnya mati.

Begitu kiranya sebuah utas yang saya temukan di twitter dan mengawali keberangkatan saya pada tulisan ini.

Sejak 2015 lalu, dengan lagu yang dilantunkan justin bieber berjudul Love yourself semua orang berusaha mengartikan sendiri Self Love menurut versinya. Ada yang memilih jalan untuk mengambil jurusan kuliah yang ia senangi, ada yang mengambil keputusan untuk mengakhiri hubungan percintaan dengan seorang yang baginya sudah tidak baik untuk kesehatan mentalnya, ada pula yang menentang keras-keras dirinya jika diberi pertanyaan kapan nikah dengan om atau tantenya. Dengan alih-alih memikirkan perasaan, kini saya tumbuh dengan embel-embel generasi yang lemah.

Sudah 8 tahun berlalu dari tahun dimana saya memulai ada yang salah pada logika Self Love ini. Lalu, di awal tahun 2023 dimana saya sedang berusaha mengungkapkan 365 doa untuk hari-hari kedepan juga menyusun strategi agar tahun ini hidup lebih layak dijalani, saya dibuat kaget dengan sepasang kekasih yang menenggak potas dan mengakhiri hidup mereka bersama dengan saling memegang tangan di sebuah kamar hotel. Berdasarkan kesimpulan dari berbagai surat kabar dan media online yang saya baca, hubungan asmara mereka tidak direstui. Tentu, saya, anda atau kita semua tidak dapat memahami permasalahan yang mereka jalani, akan sangat kurang ajar jika kita menyalahkan orang-orang yang berduka apapun sebabnya, namun. Saya mulai bertanya, ada apa dengan tahun ini? Hingga kini sekiranya dari 2,4 per 100 ribu orang mengakhiri hidupnya dengan cara yang sama, berarti ada 2 jiwa dari 100 jiwa yang memilih mengkahiri dirinya dengan kematian yang dirancang sendiri. Saya jadi bertanya-tanya, apa ini adalah dampak dari kita yang terlalu singkat memandang masalah, apa kita yang terlalu banyak menganggap andil kuasa atas memilih jalan sendiri? Mengapa jadi sejauh ini tentang mencintai diri sendiri.

Lalu, Apa kita semua benar-benar memahami self Love? Atau sekedar narsis saja? Ada yang salah dari konsep self love ini. Umpamanya, begini. Kita seperti anak remaja baru mengenal jatuh cinta pada seseorang, dan memukul setiap orang yang menyakiti orang yang kita cintai. Kebetulan orang yang kita cintai adalah diri kita sendiri. sungguh kita akan lebih narsis dari Narcissus sendiri.

Pada penghujung tugas akhir di universitas prodi sastra indonesia, saya memilih untuk mengambil sebuah kajian psikoanalisis tentang novel pop berjudul Dia adalah Dilanku 1990 dengan judul Kepribadian Narsisme Tokoh Dilan dalam Novel dia adalah Dilanku 1990. Hal tersebut adalah sebuah keresahan saya yang membuat saya semakin rumit menghadapi hari-hari akhir ini, jika dilihat lagi, berjamurnya orang-orang pada media sosial sangat begitu mengait-kaitkan sikap narsis dengan kedok self Love, Dengan kesimpulan yang masih sedikit, sikap narsis dengan self love begitu sangat dekat.

Jika anda mulai mencari narsisme pada mesin telusur, anda akan dikenalkan dengan berbagai fakta bahwa narsisme begitu dekat dengan self love, dan tentu jika sudah masuk ke ranah NPD anda memerlukan tenaga medis untuk membantu anda menemukan jalan keluar. Akan tetapi seperti sakit kepala yang terus menerus didiamkan, barang tentu sikap narsisme akan menjadi sebuah NPD.

Dengan berbagai macam fakta tentang narsis, apakah kita sudah benar memahami self Love?

Tentu dengan mencintai diri sendiri, kita akan lebih menjadi seorang yang puas dengan apa yang kita jalani, menerima diri dengan menganggap setiap kritik untuk perbaikan dengan kesadaran dan menerima masa lalu dengan logis, juga tidak lupa dengan menerima pujian dengan rasa syukur seperti yang tertera pada QS Lukman ayat 12.

“ Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu, ”Bersyukurlah kepada Allah! Dan barangsiapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Mahakaya, Maha Terpuji.”

Berbeda dengan seorang dengan kepribadian narsisme, yang lapar akan pujian dan tidak bisa dikritik dengan terus perlu merasa didukung akan kejadiannya pada masa lalu pada mentalistas korban yang ia jalani

“To fall in Love with yourself is the first secret to happines” Robert Morley

Katanya, jika kita berhasil jatuh cinta pada diri kita sendiri, kita akan menemukan kebahagiaan pertama pada hidup ini. Beberapa guru seperti osho mengungkapkan untuk mencintai diri sendiri karna tidak akan lagi ada yang seperti diri kita masing-masing, lalu bagaimana mencintai diri sendiri? Bagaimana self love yang baik dan benar.

Lagi-lagi saya berumpama, karena memang semudah ini jika kita lebih mengerti, Siapapun pernah jatuh cinta pada orang lain, sungguh hari-hari yang indah, anda berusaha dengan keras menyajikan kebahagiaan dan apapun pada orang yang anda cintai, hari-hari berikutnya akan lebih bahagia jika cinta anda semakin menyadari bagaimana dirinya adalah seorang yang begitu spesial, tidak akan ada lagi yang lebih dari dirinya, cinta laura sekalipun.

Namun seiring berjalannya waktu, anda mengetahui masa lalu orang yang anda cintai baik ataupun buruk mulai menganggu anda dan pertanyaan lain akan hadir, apa saya mencintai orang yang tepat?

Lalu, anda melihat ia lebih lama lagi. Ia mulai tidak mengerti anda, dan anda mulai iri pada seorang yang dimengerti oleh pasangannya. Anda mulai membandingkan orang yang anda cintai dengan orang lain.

Dari kedua hal itu, anda akan kehilangan cinta pada dirinya. Anda tidak lagi bisa menerima masa lalunya dan mulai membandingkan dirinya dengan kekasih bos anda yang lebih pengertian.

Cinta memang pada dasarnya sama, kedua hal tentang masa lalu dan perbandingan membuat cinta itu sedikit demi sedikit hilang. Dan sepertinya jika anda menerima masa lalunya dengan ketulusan dan berusaha semaksimal mungkin fokus dengan hal-hal baik anda akan tetap mencintai dirinya.

Mungkin juga dengan mencintai diri anda. Tidak narsis, dan mulai menghadap pada kenyataan untuk menerima masa lalu serta tidak membandingkan diri anda pada orang lain lalu fokus pada hal-hal baik, anda tidak akan repot-repot iri atau stress dengan orang lain tentang apa yang terjadi dan yang akan terjadi.

--

--